Gethuk Goreng Asli H. Tohirin, Si Manis Legit dari Banyumas

0
644

Jika anda dalam perjalanan antara Kota Purwokerto menuju Yogyakarta atau Purbalingga, anda akan melewati Kota Kecamatan Sokaraja. Dari lampu merah pertama sejak gerbang “selamat tinggal Kota Purwokerto” dan percabangan jalan yang menuju Yogyakarta atau Purbalingga, banyak bertengger toko getuk goreng khas Sokaraja.
Diantara beberapa toko gethuk tersebut, paling tidak ada lebih dari 5 toko yang memiliki nama dan produk dagangan yang sama. Toko tersebut bernama “Toko Getuk Goreng Asli – Haji Tohirin”. Toko-toko tersebut terbilang cukup besar dibandingkan dengan toko-toko lain di sepanjang jalan tersebut. Meskipun memiliki nama toko yang sama, namun pemilik masing-masing toko tersebut berbeda. Namun pemilik toko-toko tersebut masih satu keluarga, yaitu keluarga Bapak Haji Tohirin
Beliau merupakan generasi pertama yang memulai usaha produksi dan pemasaran panganan khas Sokaraja tersebut  sejak tahun 1815.
Produk getuk goreng mungkin banyak. Akan tetapi, seperti diakui banyak konsumen, produk getuk goreng Toko H. Tohirin punya citarasa yang khas. Penemu resep khasnya adalah Mbah Sanpirngad (almarhum) . Ia bersama Sayem, istrinya, mulanya berjualan nasi sayur. Saat itu warungnya hanya berupa gubuk yang berdinding anyaman bambu. Selain menjual nasi dan lauk-pauk, kala itu ia juga menjual getuk singkong. Sayang, dagangannya tak begitu laku. Begitu juga getuknya, sehingga banyak yang terbuang percuma.
Namun, pasangan suami-istri ini tidak putus asa. Suatu ketika, Sanpirngad punya ide untuk mengolah getuk sisa yang tidak laku tersebut menjadi getuk goreng. Caranya tak sulit, ia hanya menambahkan gula kelapa ke dalam adonan. Ternyata, rasanya berubah menjadi lebih enak dan cocok bagi lidah konsumen yang menjadi pelanggan warungnya. Sejak itulah, selain menjual getuk basah, ia juga menjual getuk goreng. Kenyataannya, getuk gorenglah yang justru banyak dicari orang. Getuk Kamal, begitu nama awal getuk buatan Sanpirngad karena getuk goreng itu dijual di bawah pohon kamal atau asem.
Pada 1967, Sarpingad meninggal dunia. Selanjutnya, menantu laki-lakinya yang bernama Tohirin meneruskan usaha tersebut. Di tangan Tohirin inilah, perkembangan getuk goreng tumbuh pesat.
Pada 1990-an, Tohirin menyerahkan tongkat estafet pengelolaan usaha getuk goreng kepada ketiga anaknya: Hj. Ning Waryati, Slamet Lukito dan Hj. Warsuti. Di tangan ketiga anaknya inilah, bisnis getuk goreng tumbuh makin pesat. Pada masa ketiga anaknya inilah getuk goreng ini dipatenkan dengan nama Getuk Goreng Asli H. Tohirin. (Hikari/inloveindonesia.com)

Tinggalkan Komentar