Nisaetus Bartelsi itu nama latinnya, kita mengenalnya dengan nama Elang Jawa, spesies burung yang dianggap identik dengan Garusa, lambang negara Republik Indonesia. Ukurannya sekitar 60cm (dari paruh sampai ujung ekor), langsing, berjambul, berwarna coklat agak keemasan dengan perpaduan bulu berwarna hitam di beberapa sisi, dan seperti yang kita semua ketahui, sorot mata yang tajam, membuat burung yang satu ini terlihat gagah dan mempesona. Jantan betina tidak memiliki perbedaan yang signifikan, hanya saja ukurannya agak sedikit lebih besar, dan bila mengeluarkan suara, bunyinya nyaring, serta mencari makan dengan berburu.
Dinamakan Elang Jawa karena memang habitat / penyebarluasan hidupnya hanya sebatas Pulau Jawa saja. Spesies ini lebih menyukai daerah hutan hujan tropis, spesialisasi pada wilayah belerang. Umumnya, burung elang ini mempunyai tempat tinggal atau sarang yang tidak mudah dicapai, mereka lebih memilih bertengger di pohon-pohon yang sangat tinggi. Santapannya ? beragam, bisa reptil, burung-burung yang lebih kecil, unggas, atau mamalia yang ukurannya lebih kecil seperti tupai misalnya. Jumlah Elang Jawa tidaklah banyak, perkiraan jumlahnya hanya sekitar 600-1000 ekor, tentu saja populasi yang kecil itu menghadapi permasalahan perihal kelestarian spesiesnya, habitat berkurang, dan kelangkaan jenis.
Hal-hal yang mendukung terkikisnya habitat burung jenis ini diantaranya yakni pembalakan liar atau rusaknya lingkungan hutan. Menyedihkan sekali bukan ? yang lebih memprihatinkan lagi, karena kelangkaannya tersebut, membuat prestis seseorang naik apabila ia memelihara burung ini di rumahnya, seperti kebanggaan tersendiri apalagi harganya mahal. Inilah yang membuat Elang Jawa diburu untuk diperjual belikan di pasar gelap, meski pemerintah yang didukung oleh organisasi perlindungan satwa menetapkan Elang Jawa merupakan hewan yang dilindungi oleh Undang-undang. Terlebih lagi melihat riwayat proses perkembang biakkannya, mereka hanya membuahkan satu butir telur untuk dierami selama periode kira-kira lebih dari 40 hari lamanya. Jadi, supaya ekosistem lingkungan kita tidak semakin kacau balau, kenapa tidak bantu melestarikan spesies ini ? dengan tidak mendukung aktifitas jual beli Elang Jawa. (Arisca Meir/inloveindonesia.com) (Foto: galicissa.blogspot.com; abitaku.blogspot.com)