Bagi para pecinta sepak bola Indonesia, pasti mengenal nama Evan Dimas. Pria kelahiran 13 Maret, 18 tahun lalu di Surabaya ini berhasil memukau para penggemar sepak bola, baik pemain sepak bola dari lawan maupun kawan, pengamat sepak bola, penonton sepak bola, hingga komentator. Ia dengan keahliannya mendrible bola berhasil membawa kemenangan bersama timnya bag Indonesia di Piala AFF U-19 melawan Vietnam dan menjadikannya sebagai pemain terbaik se-Asia Tenggara. tak lama setelah berhasil menjuarai piala AFF U-19, Evan Dimas dan garuda muda lainnya kembali berlaga di piala AFC U-19 dan mengantarkan Garuda muda menjadi juara dengan kemenangan telak 4-0 atas Laos.
Dalam laga kualifikasi untuk Piala Asia lalu, posisinya sebagai gelandang dan kapten dalam TIMNAS U-19 menunjukan bahwa ia pantas mendapatkannya. TIMNAS U-19 berhasil mengalahkan juara bertahan Piala Asia 11 kali, Kore Selatan dengan skor 3-2. Evan Dimas membuat Hattrick, dengan mencetak 3 goal, sekaligus membuat TIMNAS menjuarai Grup G kualifikasi U-19 dan mengantarkan Indonesia menuju Final Piala Asia U-19 di Myanmar.
Dengan keahlian yang ia miliki, anak dari pasangan Candra Sarmono dan Ana ini memang telah memiliki prestasi yang gemilang sejak ia turun ke lapangan hijau bersama tim pertama yang ia bela, Mitra Surabaya, salah satu klub internal dalam naungan PSSI Surabaya, yang membuat namanya masuk dalam Skuad divisi II dalam Pekan Olahraga Provinsi Jatim 2011. Selain itu juga juga menyandang gelar kapten di Timnas U-17 yang sekaligus mengantarkan Indonesia pada kemenangan di kejuaraan HKFA International Youth Invitation Tournament Hongkong, awal 2012.
Tak hanya itu saja, penggemar Barcelona ini ternyata juga pernah dilatih secara langsung oleh mantan pelatih Barcelona, Pep Guardiola. Ia terpilih mewakili Indonesia dalam ajang pencarian bakat salah satu perlengkapan olahraga asal Amerika bernama ‘The Chance’, mengalahkan ratusan pemain muda lainnya di Indonesia.
Dengan prestasinya yang gemilang, banyak klub luar negeri seperti Brisbane Roar yang menyatakan ketertarikannya untuk merekrut Evan. Namun sepertinya mereka harus bekerja ekstra untuk merayu Evan. Evan menyatakan ia belum menentukan klub mana yang ia akan bela. Hingga kini, ia masih fokus bersama Tim U-19.
Setelah kemenangannya bersama Tim Garuda Muda yang membuatnya terkenal, Evan berusaha untuk tidak sombong. Setiap kali ia bertemu orang, ia tak pernah mengangkat dagunya. Ia berusaha untuk selalu merunduk. Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan wartawan, ia juga menjawab dengan singkat dan tidak terkesan membanggakan dirinya.
Selain memiliki bakat yang baik, Evan juga dikenal sebagai pemain yang patuh, disiplin, dan penuh wibawa serta setia kawan. Bagi pelatihnya, Evan termasuk seorang pemain dengan disipln yang tinggi. Ia selalu bisa menjawab keinginan pekatihnya di lapangan hijau. Bagi kawan-kawannya, ia seorang kapten yang berwibawa dan layak menjadi kapten, Evan memiliki skill yang bagus, mengatur umpan, dan serangan-serangannya juga bagus.
Semoga Evan Dimas dan kawan-kawan yang tergabung dalam U19 tetap rendah hati, terus berlatih dan berjuang maksimal untuk mengharumkan prestasi sepakbola bangsa ini yang sudah sangat terpuruk. Kami warga Indonesia bangga dan berharap prestasi demi prestasi bisa diraih. Tunjukkan lah bahwa tanpa pemain bule atau naturalisasi Indonesia bisa maju. Terima kasih kepada pelatih Indra Syafri yang telah bekerja keras untuk mencari dan melatih bibit-bibit muda yang berbakat. Sukses untuk Persepakbolaan Indonesia. Jebret!
(Hikari/ensiklopediaindonesia.com) (Foto: bola.liputan6.com; jpnn.com)