Siti Aisyah, Lebih Dari Satu Tahun Hidup di Becak Merawat Ayahnya yang Sakit

0
141

Siti Aisyah Pulungan (8) sudah lebih dari satu tahun tidur di becak bersama ayahnya Muhammad Nawawi Pulungan (56) yang sakit parah. Setiap harinya, bocah perempuan yang biasa disapa Aisyah ini mendorong becak tanpa arah bersama sang ayah.
Sejak penyakitnya mengalami komplikasi, Nawawi Pulungan tidak berdaya dan membutuhkan perawatan yang ia dapatkan dari sang anak. Nawawi dan Aisyah sehari-hari bertahan hidup dengan belas kasihan dari masyarakat yang tak sengaja melihat mereka. Mereka tidak mengemis, mereka hanya bertahan hidup sekuat tenaga. Jika malam tiba, keduanya meringkuk di atas becak yang diparkir di teras rumah warga. Saat hujan, suasana menjadi semakin sulit.
Aisyah kini tidak sekolah lagi. Dulu dia sempat duduk di kelas satu Sekolah Dasar (SD), namun seiring dengan kondisi ayahnya yang sulit, kesehariannya kini hanya menjaga ayahnya. Mulai dari bangun pagi sampai mau tidur lagi, ia hanya menjaga ayahnya
Becak barang itu menjadi rumah bagi Aisyah dan ayahnya. Ada bantal, ember, selimut, pakaian dan kebutuhan harian lainnya. Mereka tinggal dan beraktivitas di atas becak itu. Malam hari mereka memarkirkan becaknya di depan teras rumah warga di seputar Jalan Sisingamangaraja. Jika pagi tiba, mereka pindah ke sekitar Masjid Raya. Aisyah lah yang mengayuh becak itu.
Sejak Aisyah berusia 1 tahun, ibunya sudah meninggalkannya. Ayahnya memiliki keluarga di Pematang Siantar. Namun, sejak ia tidak berdaya karena sakit, keluarganya tidak peduli dengan nasibnya dan Aisyah. Ayah Nawawi menderita penyakit komplikasi paru yang berimbas pada kondisi fisiknya. Kurus layu dan tidak bisa menggerakkan sebagian besar tubuhnya. Anaknya lah yang selama ini  menjadi tumpuannya. Setiap hari Aisyah yang memberi makan, minum, dan memberi obat dan mengurus kebersihan tubuh ayahnya.
Setiap hari keduanya memarkirkan becak mereka di samping Masjid Raya. Masjid bersejarah ini menjadi bagian dari penyambung hidup mereka. Saat masjid sedang tidak ramai, Aisyah masuk dan membersihkan tubuh di kamar mandi masjid itu. Usai mandi, dia kemudian membawa kain yang sudah dibasahi untuk mengelap tubuh ayahnya. Begitu cara ayahnya mandi.
Tapi jika akan ke kamar mandi masjid, Aisyah tidak akan masuk dari pintu depan. Ini masjid yang rutin dikunjungi turis dan pejabat, jika Aisyah terlihat masuk dari depan, ia bisa menyulitkan penjaga. Karena itu Aisyah terpaksa masuk dengan cara melompati pagar masjid. Penjaga masjid tahu, tapi tidak memarahi.
Keberadaan Aisyah dan ayahnya tidak disukai pejabat kelurahan. Mereka sering diusir, apalagi jika pejabat akan datang mengunjungi Masjid Raya. Jika sudah begitu, maka Aisyah akan mendayung becaknya, membawa ayahnya pergi ke tempat yang aman.
Kini ayahnya sudah berada di Rumah Sakit Pirngadi Medan untuk mendapatkan perawatan. Setelah dibawa oleh Plt Wali Kota Medan Dzulmi Eldin. Sementara anaknya, Aisyah telah dirawat oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Rencananya, Jumat (21/3/2014), Aisyah akan disekolahkan di sebuah SD negeri di Jalan Purwo Medan. (berbagai sumber)

Tinggalkan Komentar