Rangga Umara, Penguasaha Muda Penguasa Bisnis Kuliner Lele

0
1908

Menjadi pengusaha beromzet miliaran rupiah tak harus menunggu tua. Rangga Umara membuktikannya. Lelaki 31 tahun itu kini bisa mengantongi Rp 2,8 miliar per bulan dari bisnis makanan. Mantan karyawan sebuah developer itu meraih sukses dengan menuliskan keinginannya dalam Dream Book.
Pecel Lela merupakan usaha yang dikembangkan oleh Rangga sejak 2007. Nama Lela bukan nama kakek, orang tua, atau saudara Rangga. Lela adalah akronim dari lebih laku atau lebih laris. “Itu bisa menjadi doa juga, kan,” ucap dia.
Rangga memulai usaha tersebut saat masih berusia 27 tahun. Saat itu dia menggeluti bisnis tersebut sebagai sampingan. Sebab, dia sudah punya pekerjaan rutin di bagian marketing communication sebuah developer apartemen. Karena masih sampingan, usaha tersebut tidak terlalu optimal. Namun, ayah Razan Muhammad Ichsan, 4, dan Ghanny Adzra Umara, 2, itu tetap mempunyai impian bahwa suatu saat dirinya akan berfokus di usaha tersebut.
Masa-masa awal membuka usaha adalah “masa-masa berdarah” bagi Rangga. Sebab, saat itu dia belum benar-benar memahami bisnis. Semuanya dilakukan dengan belajar seadanya. Mulai mendatangkan koki, menggambar logo Pecel Lele Lela, hingga mengelola keuangan.
Rangga menuturkan, salah satu kuncinya adalah dream book. Itu adalah buku yang berisi tulisan tentang impian-impian yang dia raih. Di buku tersebut, dia tuliskan obsesi, ambisi, sampai capaian-capaian yang ingin diraih. “Saya menulis sejak kuliah,” ungkapnya.
Di buku itu, dia sebutkan apapun yang menjadi keinginannya. Mulai ingin seperti apa usahanya di masa depan hingga target keuntungan. Rangga mengatakan, menulis dream book memang tampak sepele. Namun, itu justru sangat efektif untuk membentuk semangat dan menarik sinyal-sinyal positif di sekitarnya agar impiannya tercapai. Selain itu, imbuh Rangga, menulis keinginan memengaruhi otak bawah sadar untuk mewujudkannya. Syaratnya, tulisan tersebut harus tulisan tangan. Bukan ketikan di komputer atau laptop, kemudian dicetak. “Diketik boleh, tapi setelah itu harus ditulis ulang,” tegas dia. (sumber: jpnn.com,profilpengusahasuksesindonesia.wordpress.com) (foto: aviva.co.id)

Tinggalkan Komentar